Happy New Year, everyone^^
365 days ended. But we still have 365 days in these new year to pass. Lift your head up guys, spread your wings and soar.
Well, I’m going to start writing a new story of life in this first day of the year. Yes, I am absolutely ready for this. =)
Seorang Bapa
Yah, sip. Bener. Apa yang akan aku bahas nggak akan jauh-jauh dari itu. Aku menyadari bahwa figur seorang ayah itu sangat penting. Haha, bukan berarti aku bilang figur ibu tidak penting. No. Tapi, aku cuma pengen mengaitkannya dengan figur Bapa di Surga.
Ehem. Pertama-tama aku pengen cerita tentang Papaku. Yes. Papa biologis, bukan Papa rohani. Hehe. Dia adalah seorang bapak-bapak. Berumur sekitar 50 tahun. Lahir dan dibesarkan di sebuah kota kecil di Kediri. Anak kedua dari 5 bersaudara. Beliau adalah alumni jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Tapi, bukan ini inti ceritanya. Tenang. Sabar. Aku pasti akan bercerita. Tenang, tenang. Tolong tenang. *eheeeemm, berdeham* Baiklah. Beliau bernama Bapak Tedjo Suwanto. *standing ovation, terus waving kayak di pertandingan bola*
Oke, cukup. Baiklah. Saya akan serius.
Jujur, sejujur-jujurnya *sueerrr!*, aku sangat menyayangi beliau. Haha. Ya pastilah. Tetapi, ada banyak hal dalam diri beliau yang membuatku, rasanya tuhh, euuuugghhhh, gimanaaaaa getoo. Iya. Aku sangat bangga memiliki bapak seperti dia. Uhum. Kalo disuruh milih, antara Mama dan Papa mana yang lebih sayang, aku pasti pilih Papaku. Bukan berarti aku nggak sayang sama Mama. Nope. Tidak. Aku juga menyayangi Mamaku, tetapi kalo deket-deketan, aku lebih deket sama si Papa.
Lhoooo?? Whyyyyyy? W-H-Y? Kan aku cewek? *soooooo?????*
Hahaha. Sebenernya bukan masalah aku cewek ato cowok. Memang biasanya, paradigma *cieelah, bahasanya paradigma* yang ada masyarakat, anak cewek itu lebih deket ama Mama dan anak cowok lebih deket ama Papa. Well, that isn’t wrong. Tapi ga selalu kayak gitu juga. Aku adalah salah satunya. Ya, lebih deket ama Papa.
Dan, ada satu peristiwa yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Berkaitan dengan keluargaku dan peranan Papaku sebagai kepala keluarga. Ya. Peristiwa yang cukup mengguncangkan aku dan keluargaku. Sebenernya masalah yang simpel. Tapi mungkin karena kondisi tubuh kurang fit karena kecapekan (baru pulang dari Jogja nih), semua orang pada emosi jiwa. Intinya, semuanya terjadi seperti travo yang meledak. Bum! Dan terjadilah kebakaran. (Mentang-mentang habis ngeliat peristiwa kebakaran secara live di Pasar Gede, Solo). Bukan kebakaran beneran. Itu cuma perumpamaan. Hehe.
Ketika melihat peristiwa itu, aku berlari ketakutan. Sangat takut. Aku tidak pernah setakut itu sebelumnya. Aku berlari dan naik ke kamarku. Aku berdoa sambil ketakutan juga menangis, “Tuhan, selamatkanlah keluargaku.”
Aku terus menerus mengulang doa yang sama. Aku sempat meng-sms dan menelepon beberapa kakak-kakak rohaniku, salah satunya adalah tudung rohani adikku. Aku bercerita apa yang bisa aku ceritakan. Aku tahu, bukan karena doa-doa kami. Tetapi, melalui peristiwa ini, aku diajarkan tentang pentingnya mengandalkan Tuhan, mengalahkan rasa takut, dan percaya. Ya. Tuhan pasti menyelamatkan keluargaku.
Ya, kasih Tuhan ada pada keluarga kami. Setelah keadaan udah agak tenang. Papa mendatangiku dan adik Trisa. Beliau mengumpulkan kami. Juga memanggil adikku, si Adit. Kami berkumpul. Papa mengajak kami berdoa bersama untuk pengakuan dosa. Waktu itu, doa terasa sangat mengharukan. *menghela nafas*
Setelah selesai berdoa, Papa memeluk kami satu per satu sambil mengucapkan kata-kata berkat buat kami. Sangat mengharukan. Kemudian beliau mengajak kami mengevaluasi diri kami dan keluarga. Bercerita apa adanya tentang keluarga, kuliah, sampai berbicara tentang bagaimana tentang cara orang tua mendidik anak dan bagaimana seharusnya sikap anak terhadap orang tua.
Itulah. Papaku. Aku begitu bangga memiliki ayah seperti Dia. Aku bersyukur memiliki figur ayah yang baik. Dan figur Bapa di Surga pasti lebih dari ayahku yang ada di bumi. Seorang Bapa. Nggak hanya ngasih yang baik-baik. Dia pasti memberi yang terbaik. Tapi, kalo kita nakal, kita pasti didik, dihajar, ditengking. *ehem, kalo yang terakhir ini cuma becanda*
Semuanya hanya karena Dia ingin yang terbaik buat kita. Tapi, keseringan kita sok tahu. Merasa lebih tahu dari Sang Bapa. Malahan terlalu sering kita sok-sok ngatur. Uhhhm, kayaknya gini deh, Tuhan. Aku pilih dia aja sebagai pasanganku, dan sebagainya. Tapi, Sang Bapa memberi kita kehendak bebas. Salah satu tujuannya adalah untuk membuat kita belajar. Kalopun akhirnya kita jatuh karena kesalahan kita, kemudian kita bilang sama Tuhan: Bapaaaaaa, maaf.. Aku salah. Harusnya aku nurut sama Bapa *nangis bombay* dan bla bla bla. Tuhan tetap menerima kita asalkan jangan lagi ulangi hal yang sama. Tapi, tolong digarisbawahi. Ketika kita memutuskan ikut jalan Tuhan bukan berarti tanpa tantangan. Tantangan tetep ada. Tapi, akan terasa beda karena ada Tuhan yang bersama dengan kita. Setiap jalan-jalan yang dilalui dalam jalanNya, pasti ada proses untuk mendewasakan kita.
Buat si Papa. I do love you so, Dad. You're the best =)
Friday, 1 January 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Jadilah bintang-bintang kecil Bapa
Yang selalu bersinar dimanapun anda berada
5 comments:
hi.. ami. i'm the first person who give you the comment.. :D
hm.. sedikit share dari aq, aq juga seseorg yg dekat dgn papaku, beliau adl seorang yg aq banggakan sampai sekarang, di samping kelemahannya sebagai seorg manusia. Saat usiaku 10 taun, papaku meninggal. Aq sangat terpukul dan terasa sangat kehilangan saat aq mulai masuk SMP. Hanya sedikit kenangan yg aq peroleh dari papaku, namun itu sangat membekas, seperti bagaimana dia memberkati aq dengan ibrani 11, bagaimana dia pegang erat tanganku saat jalan2 dgn dia. Sejak mulai SMAlah, karna suatu pengalaman yg luar biasa, aq mulai menyebut Bapa sebagai Ayahku dan mulai belajar percaya kepada Dia sebagai Ayah, tapi itupun masih dalam proses belajar sampai sekarang. Kemarahan dan kepahitanku kpd Tuhan karna Dia tdk adil pernah aq alami saat aq SMA.
Sekarang, aq sudah melewati itu semua, tapi ya tetap masih belajar mengenal lebih dalam tentang pribadiNya sebagai Bapa.
Stephanus Arief
Memberikan kepada Tuhan segalanya bahkan yang sangat berharga, seperti papaku, tidak mudah. Namun satu hal yg pernah Tuhan nyatakan padaku bahwa memang Tuhan punya rencana yg spesial buat aq, agar aq hanya memandang Dia saja sebagai Tuhan dan Bapaku.
Saat aq kangen dgn papaku, aq hanya berkata : "sampai ketemu pa di surga, tunggu aq di sana. Di sini, anakmu sedang bertumbuh serupa dgn gambar Kristus dan Bapa yang sejati".
Aq tau satu hal juga, bahwa papaku adl alat Tuhan buat aq, agar aq bisa menemukan Gambar diri Bapa yang sejati melalui Tuhan sendiri.
nah seperti itu, ami..
he3x..:D
Stephanus Arief
Terimakasih, Ko Step^^
Sangat memberkati^^
Semog yang lain juga terberkati dgn sharing Ko2.
Nah, yang mau ikut sharing ttg ayah kalian dipersilakan. Pengalaman dgn ayah kalian, baik yang menyakitkan maupun menyenangkan^^
jd menginspirasi untuk blog saya..
hmmmmmmmmmm... tentang pa2 yah...
thx 4 inspiration =)
sharingnya di blog saya aja..
wkwkwkwkwk....
Post a Comment