Wednesday, 21 July 2010

Hati yang menyembah milik Maria


Orang-orang di Betania mengenal siapa perempuan itu. Ya, dialah seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Orang-orang menjadi mengenal perempuan itu oleh sebab dosa-dosa yang dilakukannya. Dan ketika dia mendengar Yesus datang ke rumah orang Farisi untuk makan, datanglah ia membawa buli-buli pualam berisi minyak wangi (Lukas 7: 37). Di Yohanes 12: 3, dikatakan bahwa minyak itu adalah minyak narwastu murni yang mahal harganya. Saya kuliah di Fakultas Farmasi yang juga belajar tentang isolasi dan pemurnian suatu senyawa (minyak astiri, misalnya) dari suatu tanaman, dimana saya mengalami sendiri pada saat praktikum bahwa untuk mengisolasi atau memurnikan senyawa dari suatu tanaman itu benar-benar memerlukan kesabaran yang tinggi, waktu yang lama, dan juga metode pemurnian yang digunakan (memakai destilasi uap, destilasi uap-air, atau yang lain) mempengaruhi lamanya proses pemurnian. Hati menjadi was-was ketika hasil pemurnian yang didapat sedikit karena memang kadarnya sedikit. Jadi saya tahu betul untuk mendapatkan minyak yang murni dibutuhkan proses yang lama dan tidak mudah, inilah yang menyebabkan harga minyak murni itu mahal harganya.
                Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kakiNya, lalu membasahi kakiNya itu dengan air matanya dan menyeka dengan rambutnya, kemudian ia mencium kakiNya dan meminyakiNya dengan minyak wangi itu. Lukas 7: 38. Lihat! Tindakan penyembahan yang luar biasa dari Maria, seorang perempuan berdosa! Setiap orang di kotanya melihat bahwa begitu banyak dosa yang diperbuat Maria. Dia dikenal sebagai seorang perempuan berdosa. Apa reaksimu atau apa yang akan terjadi denganmu, saudara, ketika tetangga-tetanggamu atau orang-orang di kotamu mengenalmu sebagai seorang yang berdosa, sebagai orang yang melakukan dosa? Maria mengerti betul tentang perasaan tidak layak, tertolak, dan terhina. Dia mengalaminya! Maria menangis. Hatinya hancur! Air mata yang mengalir dari hatinya yang terdalam, Ia membasahi kaki Yesus yang kotor akibat debu-debu di jalanan dengan air matanya. Maria rela mengambil tempat terendah hanya untuk membasuh kaki Yesus dengan air matanya. Ia menyeka kaki Yesus yang telah dibasahi oleh air matanya dengan rambutnya. Rambut dianggap sesuatu yang berharga bagi seorang wanita. Rambut melambangkan kehormatan seorang wanita. Maria menggunakan rambutnya yang dianggap berharga untuk menyeka kaki Yesus yang kotor karena kotoran dan debu. Hei, Maria melakukannya! Kemudian Maria mencium kaki Yesus dan meminyakiNya dengan minyak yang mahal. Maria bahkan sudah tidak mengingat-ingat harga dirinya lagi, dengan melakukannya untuk mendapatkan hati Yesus. Dia menundukkan dirinya sendiri untuk meraih Yesus. Hati Yesus disenangkan.
                Maria memang bukanlah orang yang sempurna. Dia pendosa, sama seperti saya dan saudara. Tetapi dia mengenal siapa Yesus, juga kasihNya yang menerima Dia tanpa syarat. Firman Tuhan dikatakan: Dia diselamatkan oleh imannya. Dia melakukan tindakan penyembahan dengan kerendahan hati, ketulusan, dan dengan hati yang betul-betul menginginkan Tuhan. Ya. Maria sangat-sangat ingin mendapatkan hatiNya. Maria memang bukanlah orang yang sempurna tetapi dia rindu menyenangkan Yesus yang sempurna.
                Penyembahan membutuhkan harga untuk dibayar. Tuhan mengajarkan banyak hal kepada saya tentang penyembahan dari seorang Maria. Maria membawa sebuah persembahan yang menyenangkan hati Tuhan. Maria begitu dekat dengan Yesus. Tidak ada hal yang dapat menggantikan saat pribadi bersama Allah. Tidak ada pengganti bagi hubungan dengan Kristus. Menyanyikan lagu indah tentang Tuhan adalah hal yang luar biasa, tetapi itu belum cukup. Menyembah adalah berbicara kepada Tuhan dengan kata-kata yang dipenuhi pemujaan. Menyembah Allah adalah menundukkan diri kepadaNya, memujaNya, dan memandang keindahannNya dengan kagum. Penyembahan adalah ungkapan kasihmu kepada Tuhan. Berdoalah agar hatimu memiliki hati yang menyembah seperti Maria, saudara. 
Bukan orang-orang mati akan memuji-muji Tuhan, dan bukan semua orang yang turun ke tempat sunyi, tetapi kita, kita akan memuji Tuhan, sekarang ini dan sampai selama-lamanya. Haleluya! Mazmur 115: 17-18.

Monday, 19 July 2010

Yang dipilih, tetapi ditolak dan digantikan


Pada waktu itu kondisi bangsa Israel berada dalam tekanan bangsa Filistin. Pula dilihatnya anak-anak Samuel tidak hidup seperti ayahnya dan Samuel sudah lanjut usia. Pada kitab 1 Samuel 8: 3-6 dapat dibayangkan bahwa bangsa Israel berada di dalam kondisi sangat tertekan, putus asa, tidak ada pengharapan, dan bangsa itu benar-benar membutuhkan sosok pemimpin yang akan membawa mereka keluar dari segala penderitaan yang mereka alami. Berdoalah Samuel kepada Tuhan dan berfirmanlah Tuhan kepada Samuel: “Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka.
            Manusia memiliki kecenderungan untuk mempercayai apa yang dapat dilihat oleh mata. Lihat! Seperti bangsa Israel pada zaman Musa, ketika Musa naik ke gunung Sinai untuk mencari kehendak Tuhan, bangsa Israel justru membuat patung-patung lembu tuangan. Bangsa Israel membuat allah dengan tangan mereka sendiri dan sujud menyembah kepadanya. Begitu pula pada zaman Samuel, bangsa Israel lebih mengingini seorang raja yang terlihat memerintah atas mereka dari pada seorang Raja yang tidak terlihat memerintah atas mereka. Cek hatimu, saudara! Ini tidak hanya terjadi pada bangsa Israel jasmani, tetapi ini juga dapat terjadi pada bangsa Israel rohani seperti kita, umat pilihan Allah. Bangsa Israel begitu menginginkan raja yang terlihat memerintah atas mereka, mereka mengingini kehidupan yang sama seperti bangsa lain (1 Samuel 8: 19-20).
            Akhirnya dipilihlah Saul. Saul dipilih itu karena perawakannya yang tinggi, lebih tinggi dari orang-orang sebangsanya. Tidak ada seorangpun yang sama seperti Saul di antara seluruh bangsa itu. Lihat! Bedakan dengan cara Tuhan memilih Daud.
            Di dalam perjalanan hidupnya menjadi raja atas Israel, raja Saul menjadi orang yang luar biasa pada awalnya dan akibat banyaknya ketidaktaatan yang dilakukan olehnya, Roh Tuhan undur dari padanya sebab Saul banyak menimbulkan sakit hati Tuhan. Ya, ketidaktaatan. Ada begitu banyak faktor yang membuat seseorang menjadi tidak taat. Pertama, tuntutan hidup. Ada banyak pahlawan-pahlawan Tuhan yang jatuh berguguran dan sampai pada akhirnya meninggalkan panggilan Tuhan akibat tuntutan hidup. Baik tuntutan untuk hidup enak dan nyaman, pekerjaan yang menghasilkan banyak uang, pasangan hidup yang sesuai dengan kriteria pribadi, dan banyak lagi. Raja Saul pun melakukan ketidaktaatan akibat tuntutan dari bangsa Israel. Pada saat itu bangsa Israel berada dalam kondisi terjepit dan terdesak. Melihat keadaan itu, dikatakan Saul memberanikan diri untuk mempersembahkan korban bakaran untuk memohon belas kasihan Tuhan. Jika dilihat sepintas, apa yang salah? Bukankah baik jika memohonkan belas kasihan Tuhan dengan cara mempersembahkan korban? Apalagi kondisi saat itu sedang genting dan mendesak.
            Perhatikan. Di kitab Imamat (dan kitab-kitab lain yang ditulis oleh Musa) dituliskan bahwa mempersembahkan korban bakaran hanya dilakukan oleh seorang Lewi, yang mendapat kasih karunia Tuhan untuk mengurus seluruh urusan rumah Tuhan. Sedangkan kita tahu bahwa Saul berasal dari suku Benyamin. Pekerjaan mempersembahkan korban seharusnya dikerjakan oleh Samuel, tetapi akibat tuntutan Saul menjadi tidak sabar dan akhirnya dialah yang mempersembahkan korban bakaran. Lihat! Ketidaksabaran dapat membuahkan ketidaktaatan dan ketidaktaatan dapat mendukakan hati Tuhan. Itulah faktor yang kedua, yaitu ketidaksabaran. Mari belajar taat dan sabar bersama-sama.
            Tuhan telah menolak Saul akibat ketidaktaatan yang mendukakan dan menimbulkan sakit hatiNya, dalam firman Tuhan juga dikatakan: Ia menyesal telah memilih Saul dan Ia memilih seseorang yang berkenan di hatiNya, yaitu Daud. Daud tidak dipilih karena casing-nya, sebagaimana dilihat orang. Tetapi Tuhan melihat kemurnian hati Daud. Tuhan melihat hati. Dikatakan oleh firman Tuhan, sejak hari itu, hari dimana Samuel mengurapi Daud, Roh Tuhan berkuasa atas Daud. Saudara, Saul digantikan akibat ketidaktaatan. Saul mendengar suara Tuhan tetapi dia bergerak dengan pengertian dan pikirannya sendiri. Akibatnya, dia mendukakan hati Tuhan. Saul digantikan.
            Pesan yang dengan tegas ingin disampaikan adalah cari hatiNya, cari kehendakNya, dan lakukan. Ketaatan yang setengah-setengah itu bukan ketaatan! Jika Tuhan menyuruh engkau berdoa dan berpuasa untuk keluargamu setiap jam 5 pagi selama 7 hari, tetapi engkau lakukan hanya dalam 3 hari, itu bukan ketaatan. Jika Tuhan menyuruhmu untuk tetap berdoa bagi pemulihan kampusmu, sekalipun belum terjadi apa-apa, tetaplah berdoa. Berdoalah dengan ketaatan. Kita dapat mengerti dan mengenal hatiNya hanya dengan satu cara: miliki hubungan yang intim dengan Tuhan. Firman Tuhan dalam Mazmur 25: 14, “Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia dan perjanjianNya diberitahukan pada mereka”
Berserulah kepadaku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal besar dan yang tak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kau ketahui. Yeremia 33: 3.

Friday, 19 February 2010

Pengalaman mengajar di Sekolah Menorah

 Mengajar di TK dan Playgroup Menorah selama liburan semakin menambah warna dalam hidupku. Hehe, bagaimana tidak? Sewaktu pertama kali menginjakkan kaki di tempat itu, hal pertama yang terlintas di otakku adalah: Oh, God. Aku tidak pernah berada di situasi seperti ini ketika aku berada di bangku TK! Hahaha!
 
Ketika aku memarkirkan motorku dan berjalan di halaman, aku melihat seorang anak perempuan. Badannya kurus sekali. Dia berlari kesana kemari. Ternyata, tahukah kamu apa yang dia lakukan? Dia menangkap capung! Suatu permainan yang bagi orang dewasa adalah permainan-yang-useless, tetapi aku rasa itu melatih kemampuan motoriknya *cieileeeh, bahasaku udah kayak guru aja*
Ketika aku ajak berkenalan, dia berkata: Namaku Zahra. Aku tersenyum. Agak sedikit aneh, karena dia tidak mau bergabung dengan temannya yang lain.

Baiklah. Itu situasi di halaman. Lain lagi dengan situasi di dalam sekolah. Langkah pertamaku diikuti teriakan seorang anak. Teriakan yang agak tidak terkontrol. Aku mencari sumber suara itu. Ternyata suara tersebut berasal dari seorang anak laki-laki berkebutuhan khusus. Kalo kata Ce Devy, anak itu mengalami mental degradation, bukan autis seperti yang banyak orang bilang. Namanya Marcell.

Tidak berhenti sampai di situ, anak-anak yang lain berlarian dari dalam kelas ke luar kelas. Mereka heboh sekali. Mereka lebih heboh dariku! Kehebohan mereka membuatku bingung. Mungkin itu juga yang dirasakan orang-orang waktu melihat kehebohanku. Hahaha..

Dulu sewaktu aku TK, suasana sekolah begitu tertib. Banyak guru yang galak. Kalo kita salah bariiss aja, langsung deh kena marah si ibu guru. Tetapi suasananya sangat berbeda sekali di TK Menorah. Hehe, sekalian promosi enggak apa-apa kan? Yep, gurunya lemah lembut, penuh sopan santun, mau mengarahkan jalan anak-anak jika mereka berbuat kesalahan, menjawab pertanyaan anak-anak, memberi perhatian, dan mendidik mereka sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Ce Devy dan Ce Windy pasti tersipu-sipu malu kalo baca blog-ku, hahaha!

Baiklah. Saya akan melanjutkan bercerita. Itu tadi anak-anak yang berlari-lari. TK Menorah memang beda dengan taman kanak-kanak pada umumnya. Aku melihat ada satu anak yang tidak bisa berjalan. Dia hanya memandangi teman-temannya berlarian kesana kemari. Namanya Putra. Setelah beberapa hari mengamatinya, dia memiliki kelebihan yang luar biasa. Dibalik semua kelemahan yang dia miliki, dia ternyata memiliki semangat belajar yang tidak dimiliki oleh teman-teman yang lain. Selain itu, dia adalah anak yang ceria.
 
Setelah jam istirahat selesai, aku masuk ke ruang kelas bersama guru-guru yang lainnya. Ketika Ce Devy menerangkan materi, aku melihat ada anak yang tidak bisa diam. Aku kira dia adalah anak autis, tetapi aku salah. Itu hanya efek samping kejeniusannya. Ya, dia adalah anak yang jenius. Cara berpikirnya tidak mencerminkan bahwa dia masih TK B. Oh, God!

Namanya David. Dia adalah anak dari salah satu dosen fakultas Teknik di kampusku. Dia pintar, bahkan sangat pintar! Hanya dia yang bisa menjelaskan alasan mengapa ada siang dan ada malam (tentunya karena rotasi bumi dan segala penjelasannya itu). Hanya dia yang dapat bercerita tentang penciptaan alam semesta bahkan sampai zaman Kain dan Habel, astagaaaa! Hehehe.. Tidak ada teman-temannya yang seperti dia. Dia benar-benar luar biasa untuk ukuran anak TK B. Nah, akibat terlalu pintar, si David ini jadi agak susah di atur. Tapi, dia anak yang baik. Masih mau mendengarkan guru-gurunya.

Dan masih banyak lagi anak-anak TK Menorah yang tidak dapat aku ceritakan satu persatu.

Oke. Itu tadi TK. Lain lagi dengan Playgroup Menorah. Anak-anaknya pun tidak kalah luar biasa. Playgroup ini lebih di dominasi oleh Kennes dan Cia. Aku sedikit heran, Kezia itu ternyata kalo di sekolah dieeemmm banget. Beda kalo di Gereja. Hahaha.. Kalo kata Ce El, dia jago kandang. Haha, udah kayak pemain bola aja jago kandang.

Ada satu murid Playgroup yang hari-hari ini selalu bikin so sweet. Yak, dia adalah Nico. Dia adalah murid termuda di Playgroup Menorah. Maklum, baru berumur 2 tahun, sedangkan teman-temannya yang lain berumur 3 tahun. Waktu awal-awal ketemu aku, si Nico ini tidak mau berada jauh-jauh dari Ce Devy. Tetapi, beberapa hari setelah aku mengajar di sana, dia mulai menunjukkan perkembangan. Mau bergaul dengan temannya yang lain, bahkan tadi dia membantuku mengangkat dan membereskan kursi. Waow! Guys, halooo.. Dia baru berumur 2 tahun lhoooooo.. Oh, Nico!

However, mereka semua adalah anak yang luar biasa. Aku belum bisa melakukan apa-apa ketika aku berumur seperti mereka. Dan aku jadi lebih mengagumi Sang Pencipta. Dia menciptakan manusia dengan latar belakang yang berbeda-beda, ditempatkan dalam keluarga dan lingkungan yang berbeda, dan memiliki karakter yang tidak sama. Betapa kreatifnya Tuhan kita! Dia mengkombinasi bermacam-macam DNA manusia, bahkan tidak orang yang sama persis di dunia ini. Siapakah kita ini sehingga seringkali kita meragukan kasihNya? Setiap hal apa pun yang ada dan terjadi dalam kehidupan kita, Tuhan sudah menghitung dan menakarnya sesuai dengan kapasitas kita. Belum tentu aku bisa menghadapi kondisi ketika aku berada dalam kondisi Marcell, atau Marcell juga belum tentu bisa apabila dia mengalami peristiwa-peristiwa yang aku alami. Apa pun yang kalian alami, bersyukurlah. Kita ada karena kehendak Tuhan.
"Di dalam Kristuslah kita menemukan siapa kita dan untuk apa kita hidup. Jauh sebelum kita mendengar tentang Kristus untuk pertama kali,... Dia telah melihat kita, merancang kita bagi kehidupan yang penuh kemuliaan, bagian dari keseluruhan tujuan yang Dia kerjakan di dalam segala sesuatu dan semua orang." - Efesus 1: 11 (MSG)

Wednesday, 17 February 2010

Ketulusan hati dan dosa

Masih adakah orang yang tulus di dunia ini? Masih adakah orang-orang takut akan Dia? Masih adakah orang yang sungguh-sungguh mau menyerahkan hidupnya untuk Tuhan?

Apakah penyerahan diri itu? Maksudku, penyerahan diri kepada Tuhan. Apakah engkau maju ke depan ketika altar call itu kau sebut penyerahan diri? Sementara setelah itu engkau berbuat dosa lagi. Atau, engkau sudah mengakui segala perbuatan dosamu, tetapi engkau tetap jatuh bangun di dalam dosa? Lalu, bagaimana kehidupanmu? Apakah engkau hidup kudus sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan?

Untuk menjawab setiap pertanyaan di atas, sebelumnya mari kita bersama-sama cek hati kita masing-masing.

Hari-hari ini, dunia menjadi semakin jahat. Banyak hal yang pada awalnya diciptakan untuk kebaikan, tetapi pada akhirnya digunakan untuk tujuan yang tidak benar. Sedikit contoh, engkau yang senang bermain game. Tujuannya baik yaitu untuk refreshing pikiran yang penat, tetapi apabila engkau menggunakannya dengan berlebihan maka game akan mengikatmu. Ya, engkau akan diperbudak oleh game. Game akan menjadi tuhanmu karena waktumu banyak engkau gunakan untuk bermain game. Dan ini, Tuhan sangat tidak suka. FirmanNya berkata dalam Keluaran 20: 3, “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.”

Contoh yang lain adalah pacaran. Hehe.. Sebenarnya di dalam Alkitab tidak pernah ada kata pacaran. Pengertian pacaran adalah suatu proses pengenalan pasangan sebelum menikah. Hmm, pengertian di atas bisa jadi rancu. Untuk memperjelas, engkau sudah mengenal pasanganmu sebelum berpacaran, dan ketika engkau sudah memutuskan untuk berpacaran, engkau sudah yakin benar bahwa pasanganmu datangnya datang dari Tuhan. Jika engkau tidak benar-benar yakin, lebih baik jangan. Hati-hati juga, jangan sembarangan pakai kalimat: “Aku dapet dari Tuhan, kalo kamu adalah pasaganku.” Hati-hati. Jangan menjadi nabi palsu di akhir zaman.

Kok jadi bahas tentang berpasangan ya? Baiklah. Kita kembali ke topik semula. Pacaran bisa mengikatmu. Kenapa bisa begitu? Dengan frekuensi pacaran ala zaman modern, dimana pacaran selalu identik dengan telpon-telponan sepanjang waktu, sms-an sepanjang masa, dan rasa kangen yang tidak terkendali, berhati-hatilah. Aku pernah mengalaminya. Aku terikat dengan mantan pasanganku. Sehari tanpa sms atau telepon darinya akan terasa begitu hampa. Ketika bertemu saling berpegangan tangan. Ketika sedang sedih, sang pujaan hati memeluk kita. Oh, betapa indahnya dunia. Dunia milik berdua, yang lain ngontrak. Bagi dunia, hal tersebut menjadi biasa. Yaaaah, namanya juga orang pacaran.

Stop! Baiklah. Mari bersama-sama memperhatikan fenomena-fenomena di atas. Terlihat biasa-biasa saja bukan? Lantas, apanya yang dosa? Apa itu salah? Apa pacaran itu salah?

Si Iblis rupanya sudah semakin canggih saja memperdaya manusia. Ketika engkau merasa semua yang aku paparkan di atas adalah hal yang biasa, berhati-hatilah, engkau sedang diperdaya oleh Iblis. Dia membungkus sampah yang bau dengan kertas kado yang indah dan diberi pita-pita emas yang lucu. Selain itu, yang menyebabkan dosa terjadi adalah, kita sebagai manusia memberi kesempatan pada dosa untuk menguasai hidup kita. Berjaga-jagalah dan bertanggungjawablah atas hidupmu.

Ketika membaca Mazmur 26, aku begitu kagum dengan ketulusan dan kemurnian Daud. Sama sekali bukan ketulusan yang palsu. Daud menjadi begitu apa adanya.

Orang-orang yang tulus mencintai Tuhan, dia akan merelakan hidupnya untuk kesenangan Tuhan. Apa yang membuat Tuhan senang? Ketaatan dan kekudusan. Kedua kata ini sering digunakan sebagai alasan untuk ngeles. Ah, gimana bisa taat & hidup kudus selama masih hidup di dunia? Aku cuma manusia biasa dan enggak bisa jadi sempurna.
Oh, please. Stop saying that! Ketika kita mengatakan hal tersebut, berarti kita belom benar-benar mengalami cintanya Tuhan. Kekuatan cinta yang akan memampukan kita untuk melawan dosa. Minta Tuhan memampukan, kemudian lakukan bagian kita dengan sebaik mungkin.

Saudara-saudaraku yang terkasih, jangan pernah mau ditipu sama Iblis. Jangan bodoh! Hiduplah dengan ketaatan dan kekudusan. Taat pada Firman Tuhan dan hiduplah kudus. Kekudusan tidak hanya berbicara tentang kita tidak hidup dalam perzinahan dan percabulan, tetapi juga pikiran-pikiran kita, perkataan kita, juga perbuatan kita. Memang, standar Tuhan sangatlah tinggi. Tetapi, saya percaya Tuhan akan memampukan kita ketika kita melakukannya dengan hati yang tulus dan penuh cinta.

"Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidiki batinku dan hatiku" - Mazmur 26: 2 

Tuesday, 16 February 2010

Tiada yang seperti Dia


Yoh 14: 6, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."

Aku tidak pernah mengenal dan tidak pernah tahu ada Allah lain seperti Yesus. Ya, tidak ada yang seperti Dia di bumi ini yang seperti Dia

Siapakah aku ini? Sehingga Dia begitu banyak mempercayakan perkara-perkara besar yang tidak pernah aku bayangkan. Siapakah aku ini? Aku.. Dahulu aku bukan siapa-siapa dan hidupku di dunia ini juga biasa-biasa saja. Siapakah aku ini? Sehingga Dia mencurahkan segenap perhatianNya, kasihNya untukku? Aku tidak layak menerimanya! Aku pikir, aku tidak layak menerima kebaikannya. Aku terlalu banyak mengecewakan Dia, melukai hatiNya.

Aku malu datang kepadaNya, aku malu bertemu denganNya. Karena aku sudah terlalu banyak mengecewakan dan melukaiNya. Aku menangis. Tetapi, bukan ini yang Dia inginkan. Bukan respon seperti ini yang Dia ingin lihat dariku. Sekalipun, aku ini sudah berkali-kali menyakiti hatiNya, Dia selalu ingin aku tinggal dekatNya. Dia yang akan melayakkanku. Setiap kali aku jatuh, tidak pernah bosan Dia mengingatkan, “Kembalilah padaku. Ingatlah akan kasih karuniaKu.”

Aku menangis. Kasih karuniaNya selalu menguatkan hatiku untuk berani kembali kepadaNya.
Aku Kristen sejak kecil. Aku sering mendengarkan cerita-cerita tentang kebaikan Tuhan dari sekolah minggu. Sejak TK hingga SMA, aku bersekolah di sekolah Kristen. Jadi aku tahu, sangat tahu bahwa Tuhan Yesus itu baik. Saat SMA, aku suka datang ke persekutuan doa di Gereja. Aku suka baca renungan harian. Tetapi itu semua tidak menjamin bahwa aku telah merasakan kasih Yesus secara pribadi. Ya, aku tidak pernah merasakannya sendiri. Aku mengetahuinya dari cerita kakak-kakak rohaniku, dari guru-guru sekolah minggu, guru agama di sekolah. Tapi aku tidak pernah mengenalnya secara pribadi. Semua itu malah membuatku menjadi seperti orang Farisi, karena aku tidak memiliki kasih. Aku tidak pernah merasakan kasihNya secara pribadi.

Aku menjadi pribadi yang suka menghakimi orang lain dengan Firman-Firman Tuhan yang sering aku baca. Aku pikir, aku baik-baik saja. Ya, baik-baik saja. Bukankah aku aktif pelayanan di Gereja? Bukankah aku rajin baca Alkitab? Tapi semuanya itu bukan jaminan engkau telah mengalami pertobatanmu yang sejati.

Awal pertobatan dan penyerahan hidupku sepenuhnya kepada Tuhan diawali dengan perjalanan yang luar biasa.

Aku memiliki latar belakang tertolak sejak kecil. Sewaktu aku kecil, teman-temanku begitu rasis. Aku memiliki kulit yang -tidak secerah temanku yang lain- dan teman-temanku berkulit putih. Mereka tidak ingin berteman denganku, bahkan seringkali mereka mengejekku. Hatiku begitu terluka. Sejak saat itu, rasa ingin mengaktualisasi diri muncul dalam hatiku. Aku merasa, tidak ada yang mengasihiku.

Di rumah pun, aku merasa seperti berada dalam neraka. Ibuku memiliki karakter yang sangat keras –hasil didikan kakekku yang adalah seorang angkatan bersenjata republik Indonesia– Jika nilaiku jelek, perkataan-perkataan ibuku selalu melukaiku. Aku sangat terluka dengan ibuku. Tidak jarang, aku dipukulnya. Aku sangat terluka. Aku pikir, Tuhan sangat tidak adil karena Dia memberiku ibu yang seperti ini. Berkali-kali aku ingin lari dari rumah. Aku merasa, ibuku tidak mengasihiku.

Karakter-karakter seperti inilah yang terbangun dalam diriku sejak kecil. Aku menjadi orang yang kekurangan kasih. Aku mencarinya dari teman-temanku. Aku mencarinya dari pacar-pacarku. Tetapi, hatiku tetap merasa hampa. Seperti ada yang kosong di hatiku ini.

Hingga awal aku masuk kuliah, aku tetap menganut pola pikir dunia, sekalipun aku sudah menjadi ‘pelayan’ Tuhan. Aku berpacaran dengan tidak kudus. Aku pikir ya biasa saja karena hampir semua orang melakukannya, bahkan pelayan Tuhan sekalipun.

Sampai akhirnya Tuhan menangkap aku. Suatu hari, Dia memberikan aku sebuah kesadaran akan setiap dosa-dosa yang aku lakukan. Betapa kotornya aku! Aku menangis. Aku meratap. Aku sama sekali tidak berani datang kepadaNya, bahkan aku sempat menjauhkan diri dariNya. Aku tidak mau berdoa karena aku takut dan malu. Setiap hari aku menangis menyesali perbuatan dosaku. Tetapi, aku tetap tidak berani datang kepadaNya. Aku malu.

Tetapi dari sinilah aku mengerti dan merasakan arti dari kasih karuniaNya itu. Setiap pengampunan-pengampunan yang Dia berikan bagi orang yang sungguh-sungguh mau berbalik dari perbuatan dosa. Kehampaan di hatiku diisi olehNya. Tahap demi tahap, pola pikirku mulai diubahkan. Karakterku mulai diubahkan. Hatiku dipulihkan, tahap demi tahap. Hingga saat ini Dia mempercayakan banyak hal besar dalam diriku, tetapi tidak lupa ia mengajarkan kepadaku untuk setia pada perkara-perkara kecil.

Aku tidak pernah bisa membayangkan seperti apa aku nanti kalau Tuhan tidak pernah menangkapku dulu.
Aku hanya ingin berkata, kembalilah kepadaNya. Tidak ada yang seperti Dia di dunia ini! Bahkan orang tua kita, teman-teman kita, pacar kita tidak akan pernah bisa menggantikan posisiNya di tahta hati kita! Kita butuh Dia. Kita butuh Yesus! Karena hanya Dia yang rela mati untuk kita, menggantikan posisi kita untuk disalibkan. Hanya Dialah Penebus kita. Jangan sia-siakan keselamatan yang Dia berikan kepada kita. Ketika Dia datang yang kedua kalinya nanti, bagaimana pertanggungjawaban kita terhadap keselamatan gratis yang Ia berikan? Bertobatlah! Datanglah kepada Yesus, karena hanya Dialah keselamatan kita. Jangan sia-siakan waktu kita, karena waktunya tinggal sebentar lagi. Ketika Ia datang, Ia akan meminta pertanggungjawaban atas setiap perbuatan kita.

Juga jangan pernah lupakan ayat ini, Mat 7: 21, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga."

Setelah engkau menerimaNya sebagai Tuhan (yang artinya Dialah yang berkuasa penuh atas hidupmu) dan Juruselamat (yang artinya adalah hanya Dia yang sanggup menyelamatkan engkau), maka yang harus kita lakukan adalah melakukan kehendak Bapa di sorga. Taat dan setia hingga akhir hidupmu.

Yesus itu sangat mengasihi kita. Masihkah kita mau menyiayiakan hidup kita untuk kepuasan, kesenangan, dan ikatan dunia? Mari datang kepadaNya dan serahkan hatimu padaNya.

Saturday, 2 January 2010

Binder, oh, Binder

Hiyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, oh no. I’m getting mad >_<
Gyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa~
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhh!!! Tidaaaaaaaaakkkk!! *teriak-teriak histeris*

Baiklah. Apa yang menyebabkanku seperti ini? Oke. Aku akan menceritakannya. *menghela nafas*

Aku sedang mengalami suatu perasaan kehilangan yang sangat dalam. Yah, perasaan kehilangan. Ada suatu kegelisahan yang tiada taranya. Hatiku bergejolak karenanya. Rasanya tidak damai sejahtera.

Detik demi detik aku memikirkannya. Aku tidak tahu apalagi yang harus aku perbuat tanpanya. *berlinang air mata* Hiks. Segala yang aku inginkan ada padanya. Aku seperti orang bingung, linglung. Tidak! Aku bertanya-tanya, kenapa ini harus terjadi? Perasaan kehilangan yang begitu dalam. Bahkan lebih dalam dari samudera. *nangis-nangis najong*

Dua tahun aku lalui bersama-sama dengannya. Sehari tak bersamanya, hatiku begitu terasa hampa. Dialah yang mengisi keseharianku. Dialah yang melengkapi hidupku. Dialah sumber kesuksesanku, kuliahku. Yah. *menerawang menatap langit*

Oh, binder kuliahku. Dimanakah engkau berada? Sebentar lagi, hari-hari yang menegangkan akan dimulai. Ujian demi ujian akan datang. Sanggupkah aku melewatinya tanpa dirimu, oh binderku? Catatan-catatan penjelasan dosen ada padamu. Jadwal ujianku pun ada padamu. Bahkan segala curahan hatiku ketika berada di kelas, engkau yang paling tahu. Ketika aku ngantuk di kelas, ketika aku bosan, ketika aku pura-pura ngitung pas di suruh ngitung sama dosen, ketika aku sedang bersemangat mencatat, bahkan uneg-unegku tentang Natal UK2P *yang baik-baik juga deh, biar gak berkesan jelek-jelek amat pas aku lagi kuliah, hahahaha*

Begitu besar rasa kehilangan ini. Dimanakah engkau, hai binderku? Mengapa engkau bersembunyi dari padaku? *mau ngomong lupa taroh di mana aja susah, hahaha*

Di saat niat belajar mulai tumbuh dan bermekaran, mengapa engkau meninggalkanku, oh binder kuningku? Betapa berharganya dirimu *hanya di kala ujian akhir semester menerjang menerpa* Sejak peristiwa hilangnya dirimu, aku baru menyadari betapa pentingnya dirimu. Oh, binderku. Kembalilah. Aku mau belajar neeeeehhh! Hahahaha..

NB: Akhirnya dirimu kutemukan juga. Hahahahahaha.. Aku tidak akan menyianyiakanmu lagi, oh binderku.

Friday, 1 January 2010

Seorang Bapa

Happy New Year, everyone^^
365 days ended. But we still have 365 days in these new year to pass. Lift your head up guys, spread your wings and soar.

Well, I’m going to start writing a new story of life in this first day of the year. Yes, I am absolutely ready for this. =)

Seorang Bapa

Yah, sip. Bener. Apa yang akan aku bahas nggak akan jauh-jauh dari itu. Aku menyadari bahwa figur seorang ayah itu sangat penting. Haha, bukan berarti aku bilang figur ibu tidak penting. No. Tapi, aku cuma pengen mengaitkannya dengan figur Bapa di Surga.

Ehem. Pertama-tama aku pengen cerita tentang Papaku. Yes. Papa biologis, bukan Papa rohani. Hehe. Dia adalah seorang bapak-bapak. Berumur sekitar 50 tahun. Lahir dan dibesarkan di sebuah kota kecil di Kediri. Anak kedua dari 5 bersaudara. Beliau adalah alumni jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Tapi, bukan ini inti ceritanya. Tenang. Sabar. Aku pasti akan bercerita. Tenang, tenang. Tolong tenang. *eheeeemm, berdeham* Baiklah. Beliau bernama Bapak Tedjo Suwanto. *standing ovation, terus waving kayak di pertandingan bola*

Oke, cukup. Baiklah. Saya akan serius.

Jujur, sejujur-jujurnya *sueerrr!*, aku sangat menyayangi beliau. Haha. Ya pastilah. Tetapi, ada banyak hal dalam diri beliau yang membuatku, rasanya tuhh, euuuugghhhh, gimanaaaaa getoo. Iya. Aku sangat bangga memiliki bapak seperti dia. Uhum. Kalo disuruh milih, antara Mama dan Papa mana yang lebih sayang, aku pasti pilih Papaku. Bukan berarti aku nggak sayang sama Mama. Nope. Tidak. Aku juga menyayangi Mamaku, tetapi kalo deket-deketan, aku lebih deket sama si Papa.

Lhoooo?? Whyyyyyy? W-H-Y? Kan aku cewek? *soooooo?????*

Hahaha. Sebenernya bukan masalah aku cewek ato cowok. Memang biasanya, paradigma *cieelah, bahasanya paradigma* yang ada masyarakat, anak cewek itu lebih deket ama Mama dan anak cowok lebih deket ama Papa. Well, that isn’t wrong. Tapi ga selalu kayak gitu juga. Aku adalah salah satunya. Ya, lebih deket ama Papa.
Dan, ada satu peristiwa yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Berkaitan dengan keluargaku dan peranan Papaku sebagai kepala keluarga. Ya. Peristiwa yang cukup mengguncangkan aku dan keluargaku. Sebenernya masalah yang simpel. Tapi mungkin karena kondisi tubuh kurang fit karena kecapekan (baru pulang dari Jogja nih), semua orang pada emosi jiwa. Intinya, semuanya terjadi seperti travo yang meledak. Bum! Dan terjadilah kebakaran. (Mentang-mentang habis ngeliat peristiwa kebakaran secara live di Pasar Gede, Solo). Bukan kebakaran beneran. Itu cuma perumpamaan. Hehe.

Ketika melihat peristiwa itu, aku berlari ketakutan. Sangat takut. Aku tidak pernah setakut itu sebelumnya. Aku berlari dan naik ke kamarku. Aku berdoa sambil ketakutan juga menangis, “Tuhan, selamatkanlah keluargaku.”
Aku terus menerus mengulang doa yang sama. Aku sempat meng-sms dan menelepon beberapa kakak-kakak rohaniku, salah satunya adalah tudung rohani adikku. Aku bercerita apa yang bisa aku ceritakan. Aku tahu, bukan karena doa-doa kami. Tetapi, melalui peristiwa ini, aku diajarkan tentang pentingnya mengandalkan Tuhan, mengalahkan rasa takut, dan percaya. Ya. Tuhan pasti menyelamatkan keluargaku.

Ya, kasih Tuhan ada pada keluarga kami. Setelah keadaan udah agak tenang. Papa mendatangiku dan adik Trisa. Beliau mengumpulkan kami. Juga memanggil adikku, si Adit. Kami berkumpul. Papa mengajak kami berdoa bersama untuk pengakuan dosa. Waktu itu, doa terasa sangat mengharukan. *menghela nafas*

Setelah selesai berdoa, Papa memeluk kami satu per satu sambil mengucapkan kata-kata berkat buat kami. Sangat mengharukan. Kemudian beliau mengajak kami mengevaluasi diri kami dan keluarga. Bercerita apa adanya tentang keluarga, kuliah, sampai berbicara tentang bagaimana tentang cara orang tua mendidik anak dan bagaimana seharusnya sikap anak terhadap orang tua.

Itulah. Papaku. Aku begitu bangga memiliki ayah seperti Dia. Aku bersyukur memiliki figur ayah yang baik. Dan figur Bapa di Surga pasti lebih dari ayahku yang ada di bumi. Seorang Bapa. Nggak hanya ngasih yang baik-baik. Dia pasti memberi yang terbaik. Tapi, kalo kita nakal, kita pasti didik, dihajar, ditengking. *ehem, kalo yang terakhir ini cuma becanda*

Semuanya hanya karena Dia ingin yang terbaik buat kita. Tapi, keseringan kita sok tahu. Merasa lebih tahu dari Sang Bapa. Malahan terlalu sering kita sok-sok ngatur. Uhhhm, kayaknya gini deh, Tuhan. Aku pilih dia aja sebagai pasanganku, dan sebagainya. Tapi, Sang Bapa memberi kita kehendak bebas. Salah satu tujuannya adalah untuk membuat kita belajar. Kalopun akhirnya kita jatuh karena kesalahan kita, kemudian kita bilang sama Tuhan: Bapaaaaaa, maaf.. Aku salah. Harusnya aku nurut sama Bapa *nangis bombay* dan bla bla bla. Tuhan tetap menerima kita asalkan jangan lagi ulangi hal yang sama. Tapi, tolong digarisbawahi. Ketika kita memutuskan ikut jalan Tuhan bukan berarti tanpa tantangan. Tantangan tetep ada. Tapi, akan terasa beda karena ada Tuhan yang bersama dengan kita. Setiap jalan-jalan yang dilalui dalam jalanNya, pasti ada proses untuk mendewasakan kita.

Buat si Papa. I do love you so, Dad. You're the best =)

Jadilah bintang-bintang kecil Bapa

Yang selalu bersinar dimanapun anda berada